Serie A musim 2015/16 tampaknya bakal terus diingat oleh
Interisti
(sebutan untuk penggemar Inter) ke dalam salah satu momen paling
menyakitkan mereka. Meski hal tersebut kalah pahit ketimbang pengalaman
di musim 2001/02, namun tetap saja kegagalan musim lalu menimbulkan luka
yang cukup dalam.
Inter sempat menjadi penantang kuat juara
Serie A, Juventus. Mereka pun cukup sering menempati puncak klasemen.
Namun lambat laun mereka mulai tergusur dari peringkat pertama, dan
harus mengakhiri musim di peringkat ketiga.
Tak ingin kembali
terjerembab masuk ke dalam lubang yang sama, Inter menerapkan banyak
perubahan di musim 2016/17, utamanya setelah masuknya Suning Group
selaku pendonor finansial baru. Nama-nama seperti Caner Erkin, Christian
Ansaldi, Ever Banega, dan Antonio Candreva pun didatangkan demi
menambal lubang tersebut.
Kedatangan beberapa sosok anyar di
lapangan maupun pendonor baru tampaknya belum akan menyelesaikan
masalah. Hal ini disebabkan oleh pergantian pelatih yang dilakukan oleh
Suning dari Roberto Mancini ke Frank de Boer beberapa pekan jelang Serie
A 2016/17 digulirkan.
Inter Butuh KonsistensiInter
begitu perkasa di awal musim 2015/16. Kedatangan beberapa sosok di lini
serang, seperti Steven Jovetic dan Adem Ljajic, langsung membuat Inter
begitu tak terbendung di lima laga awal.
Nerazzurri bahkan sempat mencatatkan lima kemenangan beruntun di lima pertandingan awal Serie A musim 2015/16.
Namun,
ibarat mesin yang akan aus jika terlalu lama digunakan, Inter juga
merasakan yang sama. Beberapa kali merekakerap tampil di bawah standar
yang ditetapkan oleh Mancini. Melawan kesebelasan yang di atas kertas
bisa dengan mudah ditaklukkan,
Il Biscione justru hanya mampu memetik hasil imbang.
Pekan
ke-19 hingga 25 musim lalu contohnya. Inter menunjukkan gejala-gejala
bahwa mereka adalah tim yang belum benar-benar layak dijagokan menjadi
juara. Setelah kalah melawan Sassuolo di Giuseppe Meazza pada pekan
ke-19, Inter kembali melanjutkan tren hanya bermain imbang dengan
Atalanta dan Carpi pada dua pekan berikutnya.
Hasil tersebut
berlanjut dengan kekalahan telak 3-0 saat melawan Milan pada pekan
ke-22. Meski pada pekan selanjutnya Inter mampu memetik angka penuh
setelah menang 1-0 dari Chievo, namun dua laga setelahnya, Mauro Icardi
dkk hanya mampu memetik satu angka setelah imbang 3-3 dengan Hellas
Verona dan kalah 2-1 dari Fiorentina.
"Tim ini mendatangkan
pemain begitu banyak, tapi mengapa hasil masih seperti ini? Kami sudah
bekerja keras saat latihan. Saya hanya meminta anak-anak melakukan satu,
bermain konsisten," ujar Mancini mengomentari buruknya penampilan anak
asuhnya di awal putaran kedua, Januari hingga Februari 2016 lalu.
Konsistensi
memang menjadi persoalan utama Inter musim lalu. Di musim ini, ketika
tongkat kepelatihan telah ganti dipegang oleh De Boer, apakah
konsistensi bukan lagi masalah besar bagi Inter?
Sosok Baru Bisa Berikan Perubahan BesarKeberadaan Suning Group di jajaran direksi Inter harusnya bisa membuat
Interisti
sedikit bersyukur. Sebab, Suning bukanlah jenis penguasa yang hanya
berharap pada kesuksesan instan. Suning, bisa dibilang, adalah salah
satu investor yang bisa dibilang rela merogoh kocek demi menciptakan
kesebelasan yang mampu bersaing dalam beberapa tahun.
Di bursa
transfer musim 2016/17, Inter resmi mendatangkan beberapa pemain,
seperti Caner Erkin, Ever Banega, Christian Ansaldi, dan Antonio
Candreva. Dari empat nama tersebut, mungkin hanya Erkin, Banega, dan
Candreva yang bakal lebih berperan. Sebab, Ansaldi sendiri didatangkan
karena hanya diharapkan hanya menjadi pelapis.
Musim 2016/17, keputusan Suning memberikan Inter pemain bisa dibilang
penuh dengan pertimbangan. Pertimbangan pertama, tentu adalah harga.
Banega dan Erkin meski datang tanpa biaya transfer, tapi keduanya
menyandang status pemain inti di kesebelasan sebelumnya.
Pertimbangan
kedua, pengalaman bermain di Italia. Suning tentu tak asal pilih
pemain. Mereka tentu paham, jika pemain didatangkan dari region lain,
tentu akan butuh waktu untuk adaptasi. Oleh karena itu, mereka mantap
mendatangkan pemain yang sudah kenyang asam garam Serie A, seperti
Candreva dan Ansaldi.
Banega menjadi sosok pertama yang diyakini
bisa memberikan perubahan besar untuk Inter. Eks pemain Valencia ini
dipilih mengingat Inter kekurangan pemain di posisi gelandang kreatif,
yang musim lalu hanya diisi oleh Marcelo Brozovic.
Selain Banega, nama Candreva juga diyakini bisa memberikan perubahan
besar bagi Inter. Hal tersebut disebabkan oleh peran besar Candreva
dalam beberapa musim terakhirnya untuk Lazio.
Tidak mengherankan,
namanya difavoritkan bisa mengisi pos winger kanan, yang musim lalu
diisi oleh Adem Ljajic dan Jonathan Biabiany. Laga melawan Celtic pada
pramusim terakhir pun bisa menjadi bukti apa yang ia bisa berikan, usai
ia menciptakan gol lewat proses yang begitu cantik.
Namun perlu
diingat, Inter kembali ke kompetisi Eropa pada musim ini. Mereka
tentunya harus memiliki kedalaman skuat yang baik untuk bisa menjaga
kualitas kala berlaga di kompetisi berbeda. Dengan skuat seperti, Inter
tentu perlu masih banyak nama lain yang bisa menjaga kedalaman skuat.
Taktik yang Tidak Akan Berubah Jauh
Situs Outside of the Boot mengatakan
bahwa De Boer adalah salah satu pelatih yang lahir lewat didikan Johan
Cruyff dan Louis van Gaal. Tak heran, De Boer di Belanda dikenal sebagai
salah satu sosok pelatih yang mendewakan permainan menyerang dan
penguasaan bola.
Di Ajax, De Boer kerap memainkan formasi 4-3-3
serta 4-3-2-1. Formasi tersebut dipilih De Boer karena Ajax memiliki
deretan gelandang tengah dan winger yang meskipun masih berusia muda
namun telah menunjukkan kualitas mumpuni.
Untuk pilihan formasi dan taktik yang akan digunakan oleh De Boer untuk
Inter sendiri belum bisa diprediksi. Pasalnya, saat ini, De Boer hanya
berkesempatan sekali menangani tim di masa pra musim, yakni ketika Inter
mengalahkan Glasgow Celtic 2-0.
Dalam laga tersebut De Boer
menggunakan formasi 4-2-3-1 dengan menjadikan Mauro Icardi sebagai ujung
tombak. Jika mengaitkan laga tersebut dengan Inter, berikut prediksi
formasi yang bakal digunakan oleh pria yang sempat menjadi asisten
pelatih timnas Belanda ini.
Tidak akan banyak perubahan besar yang tampaknya bakal digunakan oleh De
Boer di Inter mengingat ia tidak berkesempatan melakukan laga uji
tanding serta pengenalan taktik baru. Untuk pemain baru, tampaknya
mungkin hanya Banega, yang bakal dipilih oleh saudara kandung pelatih
Ajax, Ronald de Boer ini.
Bisa Menyodok, Tapi Pasti Kesulitan Mengejar Juventus
Keberadaan
De Boer, serta sosok-sosok penentu permainan lain diyakini bakal
mengubah Inter. Namun, ibarat kata seseorang, tidak ada yang bisa
dibangun dalam satu hari, perjuangan Inter di musim ini pasti akan
menimbulkan korban.
Bahkan, jika melihat pergerakan di bursa
transfer, Inter layak difavoritkan menyodok persaingan papan atas
mengingat lubang-lubang minor yang terlihat musim lalu mampu mereka
tutupi di bursa transfer kali ini.
Inter bisa saja tampil lebih
baik bersama De Boer. Hanya saja kita juga perlu melihat apa yang
dilakukan kesebelasan lain. Juventus misalnya, yang meyakinkan dengan
mendatangkan pemain bertabur bintang. Karenanya, kami memprediksi Inter
masih bisa bersaing di papan atas zona Liga Champions
sumber : http://sport.detik.com/aboutthegame/read/2016/08/21/154337/3280025/1482/inter-bisa-mengejutkan-tapi-takkan-terbang-terlalu-tinggi